Saturday, October 6, 2018

manusia dan keindahan


Tari pendet


v  Tujuan
            Tari pendet merupakan tarian yang berasal dari bali yang menjadi bagian dari upacara di pura sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan dalam menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan.
v  Sejarah
            Tari Pendet diciptakan oleh seorang maestro tari dari Bali yaitu I Wayan Rindi (1967), I Wayan Rindi menjadikan tarian pendet sebagai penggubah tarian sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan.
Asal usul tari ini diciptakan adalah untuk ‘tari pemujaan’ yang banyak dipentaskan di Pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Inti gerakan Tariana pendet adalah untuk simbol penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia.Namun, seiring dengan perkembangan zaman, beberapa seniman di pulau Bali merubah Tarian Pendet menjadi “tarian ucapan selamat datang”, tetapi Tarian pendet tetap mengusung unsur sakral dan religius yang menjadi ciri tari pendet.
Sejarah Perkembangan
Sebelumnya Tari Pendet telah lahir sejak tahun 1950 sebelum pada 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari tersebut dengan pola seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang.
Berselang setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.
Pada tahun 1967 I Wayan Rindi seorang koreografer menciptkan bentuk modern tarian Pendet ini adalah (?-1967), merupakan penari yang dikenal luas sebagai penekun seni tari dengan kemampuan menggubah tari dan melestarikan seni tari Bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya.
Semasa hidupnya ia aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari Pendet kepada keturunan keluarganya maupun di luar lingkungan keluarganya. Disamping itu tarian Pendet tetap mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental.
v  Filosofi
                Lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan seusai pementasan  topeng sidakarya—teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung itu biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga.
Tari Pendet bercerita tentang turunnya dewi-dewi kahyangan ke bumi, Tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh para putri, dan lebih dinamis dari tari Rejang. Ditampilkan setelah tari Rejang di halaman Pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih).
Para penari Pendet berdandan layaknya para penari upacara keagamaan yang sakral lainnya, dengan memakai pakaian upacara, masing-masing penari membawa perlengkapan sesajian persembahan seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya.
Pada dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif.
v  Pendapat

Menurut saya tujuan pertama kali tari pendet itu untuk pemujaan untuk simbol penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia Namun seiring dengan perkembangan zaman, beberapa seniman di pulau Bali merubah Tarian Pendet menjadi “tarian ucapan selamat datang”,


No comments:

Post a Comment